Pulau Delos yang Dikenal sebagai Tempat Kelahiran Apollo Sedang Tenggelam

Kemunduran Perlahan Delos: Perubahan Iklim Mengancam Harta Karun Kuno

Pulau Delos di Yunani, yang pernah dihormati sebagai tempat kelahiran Apollo dan Artemis, menghadapi takdir yang tak terelakkan—perlahan tenggelam. Menurut para peneliti, pulau suci ini bisa berada di bawah air dalam 50 tahun ke depan. Kombinasi antara naiknya permukaan laut dan pergeseran tektonik mempercepat hilangnya pulau ini, mengancam warisan arkeologi yang tak ternilai.

Pulau Suci dengan Sejarah yang Kaya

Delos, sebuah pulau kecil seluas hanya 1,3 mil persegi, terletak di Laut Aegea dekat Mykonos. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa manusia telah menghuni pulau ini sejak milenium ketiga SM. Namun, pulau ini paling terkenal karena signifikansinya dalam mitologi Yunani sebagai tempat kelahiran dua dewa kembar: Apollo, dewa matahari, dan Artemis, dewi bulan.

Pada abad ke-9 SM, pulau ini telah berkembang menjadi tempat suci utama Apollo. Para peziarah dari seluruh Yunani berbondong-bondong ke pulau ini untuk memberi penghormatan kepada Apollo. Seiring waktu, pulau ini juga berkembang menjadi pusat perdagangan laut utama, menarik para pedagang dan pelancong. UNESCO menggambarkan situs ini sebagai “sangat luas dan kaya,” dengan peninggalan dari berbagai peradaban Aegea yang berkembang dari milenium ketiga SM hingga awal Kekristenan.

Naiknya Permukaan Laut Mengancam Delos

Perubahan iklim kini mengancam situs kuno ini. Naiknya permukaan laut telah menyebabkan kerusakan yang luas, dengan beberapa area mengalami kenaikan hampir 70 kaki hanya dalam satu dekade. Selain itu, pergerakan geologi alami juga berkontribusi pada tenggelamnya pulau ini secara bertahap.

Ilmuwan dari Sekolah Arkeologi Prancis di Athena (EFA), yang telah mempelajari Delos selama 150 tahun, telah melacak perubahan ini. Veronique Chankowski, kepala EFA, memperingatkan bahwa Delos bisa sepenuhnya tenggelam dalam setengah abad jika tren saat ini terus berlanjut.

“Delos ditakdirkan untuk menghilang dalam sekitar 50 tahun,” kata Chankowski kepada Agence France-Presse (AFP).

Bagaimana Perubahan Iklim Menghancurkan Struktur Kuno Delos

Para peneliti menemukan kerusakan paling parah di area yang berisi bangunan penyimpanan dari abad pertama dan kedua SM. Badai musim dingin secara teratur membanjiri struktur kuno ini, mengikis dinding dan mempercepat keruntuhannya.

“Air masuk ke gudang-gudang saat musim dingin,” jelas Jean-Charles Moretti, direktur misi Prancis di Delos. “Itu menggerogoti dasar dinding. … Setiap tahun di musim semi, saya melihat bahwa dinding baru telah runtuh.”

Area-area yang rentan ini sekarang tertutup bagi wisatawan, tetapi pulau ini tetap menjadi tujuan wisata populer. Sayangnya, lalu lintas pengunjung yang tinggi memperburuk masalah ini, karena wisatawan secara tidak sadar berkontribusi terhadap erosi reruntuhan yang rapuh. Meskipun ada langkah-langkah perlindungan, turis sering kali melanggar area terlarang, mempercepat kehancuran harta karun bersejarah ini.

Artikel Lainnya : Sejarah dunia pada abad 19

Keajaiban Arkeologi di Delos

Delos adalah rumah bagi beberapa reruntuhan Yunani kuno yang paling signifikan, termasuk:

  • Kuil Apollo – Jantung dari signifikansi religius Delos, menarik penyembah dari seluruh Yunani.
  • Permukiman Helenistik – Contoh perencanaan kota dan arsitektur kuno yang masih terpelihara dengan baik.
  • Terraza Singa – Deretan patung singa marmer yang megah, salah satu pemandangan paling ikonik di pulau ini.
  • Pasar dan Teater Kuno – Bukti kehidupan perdagangan dan budaya Delos pada masa jayanya.

Pada puncaknya, Delos memiliki populasi sekitar 30.000 penduduk. Namun, setelah mengalami dua serangan besar—pertama pada 88 SM dan lagi pada 69 SM—pulau ini secara bertahap ditinggalkan. Hari ini, Delos berdiri sebagai museum terbuka yang menawarkan sekilas kehidupan masa lalu.

Upaya Pelestarian: Bisakah Pulau ini Diselamatkan?

Untuk mengatasi dampak naiknya permukaan laut, para arkeolog dan konservasionis menerapkan berbagai langkah untuk memperlambat kehancuran. Balok kayu telah dipasang untuk memperkuat beberapa dinding kuno, memberikan dukungan sementara. Namun, para ahli memperingatkan bahwa intervensi yang lebih drastis diperlukan untuk mempertahankan sejarah kaya pulau ini.

“Semua kota pesisir akan kehilangan area signifikan yang saat ini berada di permukaan laut,” kata arkeolog Athena-Christiana Loupou, seorang pemandu wisata di situs tersebut. “Kita mengganti sedotan plastik dengan sedotan kertas, tetapi kita kalah dalam perang.”

Pernyataan Loupou menyoroti krisis perubahan iklim yang lebih luas, yang tidak hanya mengancam Delos tetapi juga banyak situs warisan pesisir di seluruh dunia. Tanpa tindakan segera, banyak landmark sejarah yang tak tergantikan bisa hilang akibat naiknya permukaan laut.

Peran Pariwisata dalam Kemunduran Pulau

Meskipun Pulau ini adalah daya tarik budaya dan sejarah yang penting, jumlah pengunjung yang besar memberi tekanan tambahan pada situs ini. Banyak turis, yang tidak menyadari kerentanan reruntuhan, secara tidak sengaja merusak struktur dengan menginjak permukaan yang tidak stabil atau mengabaikan jalur yang telah ditentukan.

Untuk mengatasi masalah ini, otoritas Yunani telah menerapkan pedoman yang lebih ketat, termasuk:

  • Membatasi jumlah pengunjung harian untuk mencegah kepadatan berlebih.
  • Menambah pengawasan dan langkah keamanan untuk melindungi reruntuhan yang rentan.
  • Meluncurkan kampanye edukasi untuk memberi informasi kepada wisatawan tentang pentingnya pelestarian Delos.

Meskipun ada upaya ini, menyeimbangkan pelestarian dan pariwisata tetap menjadi tantangan. Pendapatan yang dihasilkan dari pengunjung membantu mendanai proyek konservasi, tetapi di sisi lain juga mempercepat degradasi situs.

Masa Depan Pulau ini: Apa yang Akan Terjadi?

Seiring naiknya permukaan laut, para ahli khawatir bahwa Delos mungkin segera tidak dapat dikenali lagi. Sementara arkeolog dan ilmuwan iklim sedang mengeksplorasi solusi potensial—seperti penghalang buatan atau sistem pengalihan air—tidak ada jaminan bahwa langkah-langkah ini akan efektif dalam jangka panjang.

Jika tren saat ini berlanjut, Delos bisa bergabung dengan deretan situs bersejarah yang tenggelam, seperti:

  • Pavlopetri, Yunani – Kota bawah laut kuno yang berusia lebih dari 5.000 tahun.
  • Heracleion, Mesir – Kota pelabuhan yang pernah berkembang, kini berada di bawah Laut Mediterania.
  • Port Royal, Jamaika – Kota abad ke-17 yang terkenal, ditelan oleh gempa bumi dan tsunami.

Apakah pulau ini akan mengalami nasib yang sama? Hanya waktu yang akan menjawabnya. Yang pasti, tindakan segera dan berkelanjutan diperlukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim pada Situs Warisan Dunia UNESCO ini.

Kesimpulan: Seruan untuk Bertindak

Delos adalah bukti sejarah, mitologi, dan kejeniusan arsitektur manusia. Kehilangan pulau suci ini akibat naiknya permukaan laut akan menjadi kehilangan yang tak ternilai bagi generasi mendatang. Saat para ilmuwan, konservasionis, dan pemerintah berjuang menghadapi perubahan iklim, Delos menjadi pengingat tentang apa yang dipertaruhkan.

Pelestarian pulau ini akan membutuhkan pendekatan multifaset, melibatkan:

  • Kebijakan iklim yang lebih kuat untuk mengurangi emisi karbon global.
  • Solusi teknik inovatif untuk melindungi situs warisan.
  • Praktik pariwisata berkelanjutan untuk meminimalkan dampak manusia.

Akankah Delos diselamatkan, atau akan tenggelam di bawah ombak? Jawabannya bergantung pada pilihan yang kita buat hari ini.

Baca Juga : Adiksi For Dummies